Catataninfoku.online -- Dalam bagian “Reze Arc” dari Chainsaw Man, muncul dialog kunci antara karakter Reze dan karakter utama Denji — di mana Reze menanyakan padanya: “Tikus kota atau tikus desa, mana yang kamu pilih?” (“Town Mouse or Country Mouse?”). Kalimat itu bukan sekadar obrolan ringan, melainkan metafora mendalam yang merujuk pada dongeng klasik Aesop tentang “Tikus Kota dan Tikus Desa”. Keputusan tersebut — apakah memilih kehidupan penuh risiko penuh warna di kota atau kehidupan sederhana tapi aman di desa — kemudian merefleksikan filosofi hidup dan konflik batin para karakter di arc ini.
Reze, ketika menanyakan pertanyaan itu, sebenarnya sedang menawarkan kepada Denji sebuah pilihan hidup: untuk mundur dari kerasnya dunia setan dan kekerasan yang dialami Denji, memilih kehidupan yang tenang — jadi “tikus desa”. Reze sendiri seolah menyukai hidup yang sederhana dan aman, menjauh dari pertumpahan darah dan pertaruhan terus-menerus. Sebaliknya Denji, yang sepanjang hidupnya sudah terbiasa dengan kemiskinan, penderitaan, dan terus dibenturkan dengan situasi ekstrem, lebih tertarik pada janji kebebasan, kesenangan, dan pengalaman — sebagaimana “tikus kota” yang meskipun penuh risiko, bisa menikmati “makanan enak” dan kebebasan.
Namun interpretasi dalam “Reze Arc” jauh lebih kompleks dibanding dongeng aslinya. Tidak hanya soal kenyamanan vs risiko — metafora itu juga dipakai untuk menyoroti tema kontrol, kebebasan, dan manipulasi kekuasaan. Karakter Makima misalnya mengungkap versi kejam dari metafora itu: ia menyukai “tikus desa” bukan karena menghargai kedamaian atau keamanan, melainkan karena “tikus desa” lebih mudah dikendalikan, tunduk dan bisa dibunuh tanpa perlawanan — menunjukkan sisi manipulatif dan represifnya sebagai antagonis. Dengan demikian, metafora tikus kota/tikus desa juga menjadi kritik terhadap kondisi ketika “keamanan” ditukar dengan hilangnya kebebasan.
Dinamikanya makin tragis ketika pilihan idealisme bertemu dengan kenyataan keras: meskipun Reze mendambakan kehidupan sederhana, masa lalunya sebagai “senjata” dan keharusannya untuk bertindak sebagai devil membuatnya tidak bisa benar-benar menikmati ketenangan. Sedangkan Denji — meskipun memilih kebebasan dan kenikmatan — terus bergulat dengan kekerasan, pengkhianatan, dan rasa sakit. Dalam konteks itu, metafora tikus kota dan tikus desa mencerminkan bahwa kadang, pilihan hidup tidak semata soal apa yang ideal, tetapi soal apa yang mungkin — dalam dunia yang brutal dan penuh manipulasi seperti di Chainsaw Man.
Oleh karena itu, ketika kita mendengar frasa “tikus kota atau tikus desa” dalam Reze Arc, yang dimaksud bukan cuma soal preferensi gaya hidup, tapi juga representasi konflik batin, pilihan moral, dan kegelisahan eksistensial para karakter — antara keinginan untuk hidup normal, dan kenyataan pahit bahwa dalam dunia mereka: tidak ada hidup tanpa konsekuensi, tidak ada keamanan tanpa risiko, dan tidak ada kedamaian tanpa kehilangan.